Penegak Hukum Diminta Selidiki Dugaan Penimbunan BBM Pasca Banjir, Antrian Semrawut Lumpuhkan Lalu Lintas di Aceh Singkil

Aceh singkil

Aceh singkil

Newscyber.id l Singkil, 05 Desember 2025 — Pasca banjir besar yang melanda Kabupaten Aceh Singkil dan sejumlah wilayah lain di Provinsi Aceh, persoalan baru muncul dan memicu keresahan masyarakat. Antrian panjang kendaraan di seluruh SPBU di Aceh Singkil sejak beberapa hari terakhir semakin tidak terkendali hingga menyebabkan kemacetan parah dan terganggunya aktivitas warga.

Banjir yang menghantam Aceh Singkil beberapa hari lalu akibat intensitas hujan tinggi telah merusak berbagai infrastruktur. Namun di tengah masa pemulihan, muncul dugaan praktik penimbunan BBM yang membuat kondisi semakin runyam.

SPBU Lipat Kajang Halangi Peliputan, Antrian Tak Pernah Surut

Pantauan awak media di SPBU Lipat Kajang menunjukkan adanya kejanggalan. Siang hari, wartawan sempat dihalangi saat mengambil gambar antrian panjang kendaraan. Malam harinya, situasi justru semakin parah dengan kendaraan kembali menumpuk hingga mengganggu arus lalu lintas.

Padahal, menurut informasi yang dihimpun, pasca banjir SPBU tersebut menerima pasokan BBM secara rutin setiap hari. Ironisnya, antrian tetap tidak pernah kosong, baik siang maupun malam.

Pengguna BBM jenis Pertalite dan Pertamax harus rela mengantri berjam-jam. Bahkan sepeda motor hanya diizinkan membeli BBM senilai Rp20 ribu, sementara mobil roda empat dibatasi Rp150 ribu.

Warga Resah: “Kami Terganggu, Harus Antri Semalaman”

Sejumlah warga yang ditemui di lokasi mengaku sangat terganggu.

“Kalau ini terus terjadi, kami terganggu tidur. Kami harus antri satu malam demi dapat BBM untuk esok hari melakukan aktivitas,” ujar M. Nuh, warga Lae Gambir, Kecamatan Simpang Kanan.

Ia menilai pemerintah daerah perlu membuat langkah tegas agar pasokan BBM benar-benar terdistribusi secara merata dan tepat sasaran.

Dugaan Penimbunan Menguat

Pantauan di lapangan, terlihat banyak sepeda motor masuk dari jalur samping (menyusup) dan mengulang pengisian BBM dengan cara mengangkat bangku motor untuk memindahkan isi tangki.

Hal serupa diduga dilakukan oleh sejumlah mobil. Setelah mengisi, kendaraan kembali keluar, diduga menguras tangki, lalu masuk lagi ke antrean. Praktik ini memperkuat dugaan adanya oknum yang terlibat dalam penimbunan BBM untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi.

Harga BBM jenis Pertalite dilaporkan dijual secara ilegal hingga Rp35.000 per liter.

Warga Minta Polisi dan TNI Turun Tangan

Masyarakat meminta aparat penegak hukum segera turun tangan melakukan penertiban sekaligus penyelidikan menyeluruh terhadap antrian tidak wajar dan dugaan praktik penimbunan.

“Kami berharap polisi dan TNI membantu menertibkan dan menyelidiki kenapa antrian sepanjang ini terus terjadi,” ungkap salah satu warga yang ikut mengantri.

Desakan Solusi dari Pemerintah Kabupaten

M. Nuh menambahkan, pemerintah daerah seharusnya segera mengambil langkah strategis, seperti pembagian kuota atau jalur pengisian berdasarkan jenis BBM — Pertalite, Pertamax, dan Solar — agar tidak menimbulkan kemacetan dan mengembalikan aktivitas masyarakat, terutama di sektor perkebunan dan pertanian.

Media dan Masyarakat Siap Laporkan Oknum Penimbun

Media dan masyarakat bersepakat akan terus mengawasi aktivitas di SPBU. Jika ditemukan bukti penimbunan atau penjualan BBM di luar harga resmi, mereka siap melaporkan ke aparat berwajib.

Situasi di lapangan hingga malam ini masih belum normal, dan masyarakat berharap aparat serta pemerintah daerah bertindak cepat agar roda perekonomian dan aktivitas publik tidak semakin lumpuh. (Ramli Manik)