Rekor Suhu Baru: 2025 Diprediksi Jadi Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah
Tahun 2025 diproyeksikan menjadi salah satu tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan kenaikan suhu global mencapai 1,42°C di atas tingkat pra-industri.
NewsCyber.id — Jakarta, 24 November 2025. Tren pemanasan global kembali menjadi perhatian dunia setelah organisasi meteorologi internasional merilis proyeksi terbaru yang menyebutkan bahwa tahun 2025 berpotensi menjadi tahun terpanas kedua atau ketiga dalam sejarah pencatatan modern. Laporan tersebut memunculkan kekhawatiran baru terhadap percepatan perubahan iklim dan tingginya risiko bencana alam di berbagai belahan dunia.
Menurut pengamatan lembaga meteorologi global, suhu rata-rata permukaan bumi pada 2025 diperkirakan mencapai 1,42°C di atas tingkat pra-industri, mendekati batas ambang 1,5°C yang menjadi fokus Perjanjian Paris. Situasi ini dipahami sebagai akumulasi dari pemanasan jangka panjang yang diperparah oleh fenomena iklim regional serta intensitas gelombang panas yang meningkat drastis.
Kenaikan Suhu Dorong Cuaca Ekstrem di Banyak Negara
Sejumlah wilayah dilaporkan mengalami anomali cuaca ekstrem sepanjang 2025. Gelombang panas berkepanjangan melanda benua Eropa, Asia Selatan mencatat rekor suhu di banyak kota besar, sementara Amerika Utara menghadapi serangkaian kebakaran hutan yang tak biasa.
Pantauan satelit juga menunjukkan berkurangnya luasan es di kawasan kutub secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Para ilmuwan menegaskan bahwa perubahan pola iklim ini bukan fenomena musiman, melainkan bagian dari tren pemanasan global yang terus bergerak naik.
Dampak pada Sektor Pangan, Ekonomi, dan Kesehatan
Kenaikan suhu global diproyeksikan akan mempengaruhi berbagai sektor, termasuk:
• Ketahanan pangan
Musim tanam terganggu di beberapa negara akibat pergeseran curah hujan dan tingginya suhu tanah. Kondisi ini berpotensi mengurangi produktivitas pertanian.
• Ekonomi global
Sektor energi, transportasi, hingga pariwisata menghadapi tantangan operasional akibat cuaca ekstrem. Beban listrik meningkat karena penggunaan pendingin udara, sementara frekuensi bencana cuaca menambah risiko kerugian ekonomi.
• Kesehatan masyarakat
Kasus dehidrasi, heatstroke, dan gangguan pernapasan meningkat, terutama di wilayah perkotaan padat. Populasi rentan, termasuk lansia dan anak-anak, menjadi kelompok yang paling terdampak.
Ilmuwan Ingatkan Pentingnya Aksi Nyata
Para peneliti menilai bahwa kondisi 2025 menjadi peringatan keras bagi dunia untuk memperkuat langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Mereka menyerukan percepatan transisi energi, perlindungan hutan, serta penguatan sistem peringatan dini di negara-negara berkembang.
“Jika kenaikan suhu terus terjadi tanpa intervensi agresif, kita bisa memasuki fase di mana perubahan iklim tidak lagi dapat dikendalikan,” kata salah satu pakar iklim dalam konferensi terkait isu lingkungan.
Langkah-Langkah Penting yang Direkomendasikan
-
Penurunan emisi gas rumah kaca secara signifikan pada sektor energi dan transportasi.
-
Investasi besar pada energi terbarukan seperti surya, angin, dan hidro.
-
Restorasi ekosistem untuk memperkuat penyerapan karbon alami.
-
Strategi adaptasi lokal, termasuk tata kelola air, perlindungan pesisir, dan desain kota ramah iklim.
(Ragil)




