Akademisi Aceh Singkil Imbau Publik Bijak Menilai Pemimpin Pasca Penanganan Bencana
Newscyber.id l Aceh Singkil – Pascabencana banjir yang melanda sejumlah wilayah di Aceh Singkil, dinamika respons masyarakat mulai bermunculan, baik berupa dukungan, kritik, maupun perdebatan di ruang publik dan media sosial. Menyikapi hal tersebut, Akademisi Aceh Singkil, Ust. Dr. Andika Novriadi Cibro, mengingatkan pentingnya sikap bijak dalam menilai kinerja para pemimpin daerah.
Menurutnya, dalam situasi darurat, tidak ada pemimpin yang sengaja membiarkan rakyatnya mengalami kesulitan. Setiap kepala daerah pada dasarnya berupaya mengambil langkah terbaik untuk menjamin keselamatan warga. Namun, ia menegaskan bahwa seluruh proses penanganan bencana tetap harus mengikuti aturan yang berlaku.
“Pemimpin daerah, siapapun dia, pasti menginginkan keselamatan rakyatnya. Mereka terikat oleh regulasi dalam penggunaan anggaran dan distribusi bantuan. Tidak semua tindakan bisa dilakukan secara spontan karena ada pertanggungjawaban hukum yang melekat,” ujar Dosen STAISAR ini.
Ia menilai bahwa ketidakpuasan masyarakat dalam kondisi krisis merupakan hal yang wajar. Keterbatasan sarana, hambatan akses, hingga situasi lapangan yang berubah cepat sering kali membuat proses penanganan tidak dapat memenuhi ekspektasi semua pihak. Namun, hal itu tidak serta-merta menjadi indikator kegagalan pemimpin.
“Dalam keadaan darurat, pasti ada yang merasa bantuan lambat atau kurang merata. Namun jika pimpinan daerah sudah bekerja maksimal, turun langsung, mengoordinasikan tim, dan mengarahkan bantuan, itu sudah menjadi bukti adanya tanggung jawab dan kepedulian,” jelasnya.
Dr. Andika juga mengapresiasi para pejabat dan relawan yang bergerak secara sukarela di luar kapasitas jabatan formal, termasuk memberikan bantuan pribadi kepada warga terdampak. Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk ketulusan yang perlu dihargai, sekaligus mengingatkan bahwa tindakan pribadi berbeda dengan kebijakan resmi pemerintahan yang harus sesuai prosedur.
Selain itu, ia menyoroti maraknya opini miring di media sosial yang muncul pascabencana. Menurutnya, sebagian narasi yang beredar tidak mendukung pemulihan dan bahkan dikhawatirkan dapat memicu gesekan horizontal.
“Menebar opini negatif tanpa dasar, apalagi yang mengarah pada fitnah, bukan hanya tidak bermanfaat tetapi juga dapat menimbulkan dampak sosial dan moral,” tegasnya.
Ia mengajak masyarakat untuk mengedepankan tabayyun, menjaga harmoni sosial, serta memfokuskan energi pada kerja sama untuk pemulihan Aceh Singkil. “Bencana adalah ujian bersama. Pemimpin berperan, masyarakat berperan. Solidaritas harus diperkuat, bukan perpecahan,” ujarnya.
Melalui pandangan tersebut, Dr. Andika berharap masyarakat dapat menilai secara objektif, tidak terburu-buru membuat kesimpulan, serta menghargai upaya yang telah dilakukan pemerintah daerah. Kolaborasi dan kebijaksanaan sosial diyakininya menjadi kunci percepatan pemulihan Aceh Singkil pascabencana. (Ramli Manik)




