Aceh Singkil Gagal Tembus 10 Besar di MTQ 2025, Ustadz Andika Ajak Persiapkan Diri untuk MTR 2026
Newscyber.id l Pidie Jaya – Gelaran Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Aceh 2025 di Kabupaten Pidie Jaya resmi berakhir. Lantunan ayat suci yang menggema selama sepekan meninggalkan jejak kebanggaan bagi daerah-daerah yang berhasil menembus peringkat atas. Namun, Aceh Singkil harus menerima kenyataan pahit karena belum mampu masuk dalam daftar 10 besar kafilah terbaik.
Kondisi ini menjadi bahan refleksi bagi berbagai pihak, termasuk tokoh muda dan akademisi asal Singkil, Ustadz Dr. Andika Novriadi Cibro, M.Ag. Ketua Gerakan Pramuka Pesantren (SAKO GPP) Kwarda Aceh itu menilai hasil MTQ 2025 perlu dijadikan momentum untuk memperbaiki sistem pembinaan generasi Qurani di tingkat daerah.
“Kita tidak boleh larut dalam kekecewaan. Justru ini saatnya memperkuat sinergi antara pesantren, sekolah, dan lembaga LPTQ. Sebab di depan mata sudah menanti ajang bergengsi, yakni Musabaqah Tunas Ramadhan (MTR) 2026 yang insya Allah akan digelar di Kota Subulussalam,” ujar Ustadz Andika, Sabtu (8/11/2025).
MTR merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Aceh. Ajang ini menjadi wadah pengembangan bakat dan minat santri, siswa, serta pembina pesantren di seluruh Aceh. Selain sarat nilai keagamaan, MTR juga dikenal dengan hadiah bernilai spiritual tinggi, seperti bonus umrah dan ibadah haji bagi para juara di sejumlah cabang lomba.
“Selama ini, kontingen Aceh Singkil belum pernah meraih prestasi di MTR. Bahkan saat menjadi tuan rumah tahun 2020, kita hanya berkontribusi pada suksesnya acara tanpa persiapan matang untuk para peserta,” tambahnya.
Pada MTR XXVI yang digelar di Kota Meulaboh, Aceh Barat, Maret lalu, Kota Subulussalam resmi diumumkan sebagai tuan rumah MTR XXVII tahun 2026. Penetapan tersebut disampaikan langsung oleh Djufri Efendi, M.Si., mewakili Ketua Kwarda Aceh, Muzakir Manaf.
Sebagai putra daerah yang aktif membina gerakan kepramukaan pesantren, Ustadz Andika mengajak seluruh elemen di Kabupaten Aceh Singkil untuk mempersiapkan diri sejak dini. Ia menilai MTR 2026 menjadi momentum penting untuk menunjukkan potensi keagamaan dan kepramukaan yang tumbuh di pesantren-pesantren Singkil.
“Kwartir Cabang Aceh Singkil harus segera berkomunikasi dengan pemerintah daerah dan LPTQ. Sinergi lintas lembaga inilah yang akan menentukan kualitas kafilah dan kontingen kita nanti,” tegasnya.
Menurutnya, tantangan terbesar bukan hanya pada kemampuan peserta, melainkan juga kesiapan manajerial dan kesungguhan membangun tradisi pembinaan yang berkelanjutan.
“Subulussalam adalah tuan rumah. Artinya, Aceh Singkil sebagai daerah tetangga akan menjadi sorotan. Jangan hanya jadi penonton — jadikan MTR 2026 sebagai ajang kebangkitan generasi Qurani dan Pramuka Islami dari Tanah Singkil,” pungkasnya penuh semangat. (Ramli Manik)




