Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat, Pemerintah Diminta Waspada Tekanan Eksternal

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tanda perlambatan akibat tekanan global, turunnya ekspor, dan konsumsi domestik yang stagnan. Pemerintah diminta meningkatkan respons kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat, Pemerintah Diminta Waspada Tekanan Eksternal
wawancara tentang tanda perlambatan akibat tekanan golobal
Aceh singkil

Aceh singkil

NewsCyber.id — Jakarta. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat mengalami perlambatan pada kuartal terbaru, memicu kekhawatiran sejumlah ekonom mengenai daya tahan ekonomi nasional di tengah tekanan global. Meski masih berada di zona positif, laju pertumbuhan yang melemah dinilai menjadi sinyal bahwa Indonesia perlu memperkuat strategi fiskal dan moneter guna menjaga stabilitas.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh lebih rendah dibanding periode sebelumnya. Faktor utama pelemahan ini berasal dari perlambatan ekspor, konsumsi rumah tangga yang cenderung stagnan, serta investasi yang belum sepenuhnya pulih seiring ketidakpastian ekonomi global.

Sejumlah faktor eksternal disebut menjadi penyebab utama melemahnya laju ekonomi, di antaranya:

  • Perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Uni Eropa.

  • Penurunan harga komoditas unggulan, termasuk batu bara dan minyak sawit.

  • Ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi harga energi dunia.

Situasi ini menyebabkan ekspor Indonesia terkontraksi, sementara investasi asing cenderung menahan ekspansi akibat risiko global yang meningkat.

Pemerintah mengklaim bahwa perlambatan ini masih dalam batas wajar dan Indonesia tetap berada pada jalur pertumbuhan yang sehat. Stabilitas inflasi dan konsumsi domestik disebut sebagai fondasi penting yang membantu ekonomi tetap bertahan.

Namun sejumlah ekonom menilai pemerintah harus bergerak cepat memperkuat:

  • Program stimulus yang menyentuh sektor produktif.

  • Hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah dalam negeri.

  • Perlindungan sosial guna menjaga daya beli masyarakat.

  • Kerangka fiskal yang adaptif untuk menghadapi guncangan global.

Pakar ekonomi menekankan bahwa tanpa langkah antisipatif yang tepat, perlambatan saat ini dapat berdampak lebih panjang terhadap lapangan kerja dan pendapatan masyarakat.

Meski menghadapi tantangan, peluang pemulihan tetap terbuka. Penguatan sektor manufaktur, dukungan investasi pemerintah, serta membaiknya mobilitas masyarakat diprediksi menjadi penopang pada kuartal berikutnya. Pemerintah juga optimistis bahwa momentum pertumbuhan dapat kembali menguat seiring peningkatan belanja negara dan perbaikan iklim usaha

(Ragil)