Catatan Demokrasi Pendidikan dari Aceh Singkil: Dukung Sekolah Rakyat, Tolak Ego Elit

Catatan Demokrasi Pendidikan dari Aceh Singkil: Dukung Sekolah Rakyat, Tolak Ego Elit
Foto anak-anak Aceh Singkil
Aceh singkil

Aceh singkil

Newscyber.id l Aceh Singkil – Di tengah derasnya arus perdebatan elit, langkah maju pendidikan rakyat justru hadir dari akar semangat kemanusiaan: membangun Sekolah Rakyat. Di Kabupaten Aceh Singkil, inisiatif monumental ini kini memasuki tahap finalisasi di Kementerian Sosial RI, sebagai bagian dari komitmen negara untuk mencerdaskan anak bangsa.

Negara telah menggelontorkan dana Rp280 miliar. Lahan sudah tersedia dan telah lolos uji kelayakan. Namun, proyek yang sejatinya murni demi kepentingan pendidikan ini justru tersandung manuver-manuver kepentingan yang diduga sarat aroma politis. Sebuah dinamika yang menohok akal sehat dan mengguncang arah pembangunan.

Oyon Hamzah Bekerja, Bukan Basa-Basi

Bupati Aceh Singkil Safriadi Oyon dan Wakil Bupati H.Hamzah Sulaiman bukan hanya menggagas, tetapi mengeksekusi visi pembangunan ini dengan menempuh seluruh prosedur hukum secara transparan. Mereka berjuang menghadirkan pendidikan yang layak bagi anak-anak pelosok, dengan landasan hukum yang kokoh dan tak bisa digoyahkan opini semata.

Pengadaan lahan oleh pemerintah – bahkan jika berasal dari keluarga pejabat – bukanlah pelanggaran, selama mengikuti:

UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah,

Perpres No. 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa,

UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan,

serta Qanun Aceh No. 11 Tahun 2018 tentang Pendidikan.

Verifikasi legalitas melibatkan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP), pendampingan dari kejaksaan, hingga persetujuan dari pemerintah pusat. Semuanya terbuka untuk audit publik.

Drama atau Donasi: Di Mana Ketulusannya?

Publik kini bertanya-tanya: jika benar ada niat ikhlas membantu, mengapa tawaran hibah muncul justru setelah proses hukum selesai dan pembangunan siap dimulai? Apakah ini bentuk niat tulus, atau sekadar keinginan melihat nama pribadi terpampang di atas bangunan negara?

Sekolah Rakyat bukan panggung ambisi personal. Ini adalah hak dasar masyarakat. Menundanya hanya karena ego dan gengsi adalah bentuk pengkhianatan terhadap masa depan anak-anak yang seharusnya duduk di bangku kelas, bukan menunggu janji yang terus digantung.

Bupati Oyon dengan tenang namun tegas menegaskan komitmennya. “Silakan beri hibah, tapi jangan ganggu proyek yang sudah sah. Ini demi anak-anak kita, bukan soal siapa yang paling berjasa,” demikian kutipan dari sumber internal Pemkab Aceh Singkil.

Jangan Seret Anak Rakyat dalam Konflik Elit

Sekolah Rakyat adalah harapan nyata bagi anak-anak desa yang selama ini terpinggirkan. Mereka tak peduli siapa pemilik lahan, siapa yang lebih vokal, atau siapa yang tampil di berita. Yang mereka butuhkan hanya ruang kelas, guru yang hadir, dan masa depan yang tak gelap.

Sungguh celaka jika proyek pendidikan ini dibatalkan hanya karena ada pihak yang merasa tak dilibatkan lebih awal. Justru, sikap bijak adalah mendukung program yang sah ini demi generasi penerus yang lebih cerdas.

Doa Anak-Anak, Lebih Tajam dari Kecaman Elit

Saat ini, anak-anak di pelosok Singkil tengah berdoa. Mereka tak tahu soal politik, tapi mereka tahu arti sebuah sekolah. Mereka berharap, Sekolah Rakyat Mukus benar-benar terwujud. Dan ingatlah, dalam keyakinan banyak orang tua: doa anak-anak yang dizalimi akan menembus langit.

Jangan biarkan ego menggagalkan cita-cita. Jangan biarkan nama besar menginjak mimpi kecil. Karena sekali doa anak-anak miskin jatuh ke bumi dengan air mata, kutukannya bisa lebih tajam dari apapun.

Satu kata, satu tekad: Demi Singkilku, Singkilku, Singkil kita bersama. (Ramli Manik)

Oleh: Keperwil Newscyber.Id Provinsi Aceh